Bagaimana bisa? Konsumsi Narkoba menyebabkan seseorang terkena HIV?
Konsumsi obat-obatan terlarang lebih berperan penting dalam penularan HIV daripada penggunaan obat melalui suntikan. Alasannya, seseorang yang berada di bawah pengaruh obat tertentu lebih cenderung melakukan perilaku berisiko, seperti melakukan seks tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi dan berbagi obat atau alat suntik dengan orang yang memiliki HIV.
Faktanya, darah yang terinfeksi HIV juga dapat masuk ke larutan obat dengan berbagai cara. Di antaranya:
- Menggunakan alat suntik yang terkontaminasi darah untuk menyiapkan obat
- Menggunakan kembali air untuk melarutkan obat
- Menggunakan kembali tutup botol, sendok, atau wadah lainnya untuk melarutkan obat dalam air dan untuk memanaskan larutan obat
- Menggunakan kembali sebagian kecil kapas atau filter rokok untuk menyaring partikel yang dapat menyumbat jarum.
- Bandar narkoba dapat mengemas kembali alat suntik bekas dan menjualnya sebagai alat suntik yang steril. Untuk alasan ini, orang yang perlu menyuntikkan obat harus mendapatkan alat suntik dari sumber terpercaya, seperti apotek atau program resmi pertukaran jarum.
Penting diketahui bahwa berbagi jarum atau alat suntik untuk keperluan apapun, seperti skin popping atau menyuntikkan steroid, hormon atau silikon, dapat berisiko terhadap HIV dan infeksi yang ditularkan melalui darah.
Selain itu, penyalahgunaan dan kecanduan obat juga dapat memperburuk gejala HIV, seperti menyebabkan cedera saraf dan kerusakan kognitif. Selain itu, mengonsumsi alkohol atau obat-obatan lain dapat mempengaruhi sistem imun dan mempercepat perkembangan penyakit.
Perawatan untuk penyalahgunaan obat dapat efektif untuk mencegah penyebaran penyakit, akibat kaitan kuat antara penyalahgunaan obat dan penyebaran HIV. Perawatan untuk penyalahgunaan obat meliputi pengurangan risiko HIV, seperti menghentikan atau mengurangi penggunaan obat dan perilaku yang berisiko.
Zat dan obat-obatan yang sering disalahgunakan :
Alkohol
Apabila Anda menenggak banyak alkohol sekaligus, seperti di pesta miras, ada beberapa konsekuensi yang terkait dengan kesehatan dan sosial seperti seks bebas tanpa kondom. Karena alkohol dapat sangat mengaburkan fungsi kognitif otak dalam membuat keputusan, seks di bawah pengaruh alkohol lebih cenderung minim penggunaan kondom, dan dilakukan jumlah pasangan seksual yang berbeda-beda. Inilah mengapa konsumsi alkohol dapat menjadi faktor risiko penting terhadap infeksi HIV.
Kokain
Kokain dapat menghabiskan tenaga Anda dengan cepat dan jadi mendorong Anda untuk melakukan 1001 cara demi kembali mendapatkan obat. Penyalahgunaan kokain meningkatkan risiko infeksi HIV dengan perilaku berisiko, seperti pasangan seksual yang berbeda, minim penggunaan kondom, meningkatnya gairah seks, serta penggunaan lebih dari satu zat.
Methamphetamine
Mirip dengan dua zat di atas, penyalahgunaan methamphetamine (atau meth) juga meningkatkan risiko aktivitas seks bebas tanpa kondom. Selain itu, zat ini dapat menyebabkan ketagihan dan digunakan lewat jarum suntik. Seseorang yang menggunakan meth cenderung memiliki kekeringan pada kulit penis dan jaringan lendir pada anus dan vagina. Organ genital yang kering dapat memudahkan terjadinya luka dan lecet saat seks di mana virus HIV dapat masuk ke dalam tubuh. Beberapa pria gay dan biseksual mengombinasikan meth dengan obat kuat yang terkait dengan seks anal yang tidak terlindungi.
Inhalansia (solven)
Inhalansia nitrit terkait dengan perilaku seksual berisiko, penggunaan obat terlarang, dan infeksi menular seksual pada pria homoseksual dan biseksual. Inhalansia juga kerap digunakan oleh remaja, seperti untuk meningkatkan kepuasan seksual, membantu seks anal dengan meningkatkan sensitivitas dan merilekskan otot anus, yang menyebabkan lebih banyak hubungan seksual yang tidak terproteksi.
Obat-obatan lain juga terkait dengan peningkatan risiko infeksi HIV, seperti:
Penggunaan obat bius “rape drugs” seperti ekstasi, ketamine, dan GHB dapat mengaburkan logika dan keputusan Anda terhadap seks dan penggunaan obat. Anda akan cenderung memiliki hubungan seks yang tidak terencana atau terlindungi, atau menggunakan obat lain, seperti obat suntikan atau meth. Perilaku tersebut dapat meningkatkan risiko terhadap paparan HIV. Apabila Anda memiliki HIV, hal ini juga dapat meningkatkan risiko penyebaran HIV.
Penggunaan amyl nitrite (inhalansia yang dikenal juga sebagai “poppers”) telah terkait dengan risiko HIV. Poppers, yang kadang digunakan untuk seks anal karena merilekskan otot anus, telah dikaitkan dengan perilaku seksual berisiko, penggunaan obat ilegal, dan penyakit menular seksual di antara pria gay dan biseksual. Penggunaan obat tersebut juga baru-baru ini dikaitkan dengan peningkatan penggunaan pada remaja.
Banyak pengidap HIV mengalami infeksi karena kondisi sistem imunnya yang melemah. Cara terbaik untuk mencegah penularan dan penyebaran HIV adalah dengan mencari perawatan medis dan menggunakan obat HIV sesuai petunjuk.