SIARAN PERS – EDUKASI DAN NADA EMPATI: “BERGERAK BERSAMA KOMUNITAS, AKHIRI AIDS 2030”
Memperingati Hari AIDS se-Dunia 2023, Yayasan Pelita Ilmu bermitra dengan Kementerian Sosial RI dan AIDS Healthcare Foundation (AHF) mengadakan kegiatan EDUKASI DAN NADA EMPATI: “BERGERAK BERSAMA KOMUNITAS, AKHIRI AIDS 2030”, Sabtu 9 Desember 2023 di Sentra Pangudi Luhur, Bekasi. Kolaborasi lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan mitra internasional ini menjadi penting untuk mencapai target Ending AIDS 2030, demikian sambutan yang disampaikan oleh Dr. dr. Toha Muhaimin, MSc (Ketua Yayasan Pelita Ilmu), Drs. Rachmat Koesnadi, MSi (Direktur Rehabilitasi Sosial Korban Bencana dan Kedaruratan Kemensos RI) dan Dr. Yugang Bao, PhD (Deputy AHF Asia Bureau Chief).
Prof Zubairi Djoerban (Pembina YPI) pada segmen talkshow mengatakan bahwa dukungan psikososial dari para relawan atau pendamping sebaya sangat diperlukan agar orang dengan HIV rutin dan patuh minum obat antiretroviral (ARV). “Kualitas hidup Odha menjadi sangat baik jika konsisten dan tidak pernah putus minum obat ARV,” ujar guru besar FKUI dan ahli penyakit dalam di RSUPN Ciptomangunkusumo tersebut.
Mewakili Direktur P2P Kemenkes RI, dr. Endang Lukitosari, MPH (Ketua Tim Kerja HIV IMS) menyampaikan tentang Komitmen Pemerintah untuk Mencapai Target Ending AIDS 2030. Komitmen itu tercermin dalam target 95-95-95, yaitu 95% Odha mengetahui statusnya, 95% Odha diobati, dan 95% Odha yang diobati virus HIVnya sangat rendah (tersupresi). Namun hingga September 2023, capaian target 95-95-95 belum optimal. Dari prediksi sejumlah 515.455 Odha di Indonesia, baru 88% yang mengetahui statusnya, 40% untuk 95 kedua, dan 33% untuk 95 ketiga. Tantangan utamanya adalah upaya pencegahan belum cukup efektif dalam mencegah infeksi baru; belum semua fasilitas kesehatan yang memberi tes HIV (39%) dapat memberi pelayanan pengobatan HIV yang menyebabkan jarak pengobatan yang jauh; banyak lost to follow-up dari Odha, terutama 12 bulan pertama; serta banyak Odha yang sedang berobat belum mendapat akses untuk test jumlah virus HIV (viral load). “Berbagai tantangan ini membutuhkan dukungan/kerjasama semua pihak, termasuk dari unsur komunitas”, ujar dr. Endang.
Mewakili komunitas, Yakub Gunawan menyampaikan peran aktif Pendamping Sebaya di IU Yayasan Pelita Ilmu. Dari Juli hingga November 2023, sebanyak 23.197 orang dengan HIV (Odhiv) di DKI Jakarta mendapatkan dukungan dari 82 orang Pendamping Sebaya untuk kepatuhan ARV. “Sebanyak 90% Odhiv tersebut hasil test viral loadnya tidak terdeteksi,” ujar Yakub menyampaikan hasil keberhasilan program timnya.
Selanjutnya, Nining Komalasari, menceritakan pengalaman perjuangannya sebagai perempuan yang hidup dengan HIV. Baginya, Odhiv tak boleh putus asa, harus tetap semangat. “Keberhasilan ARV serta dukungan para sahabat membuat kondisi saya sangat baik, sehingga saya dapat produktif, bahkan ikut bekerja menjadi pendamping sebaya bagi teman-teman Odhiv lainnya,” ujar ibu dari dua anak tersebut.
Acara talkshow yang dimoderatori Husein Habsyi, SKM, MHComm (Wakil Ketua YPI) tersebut dihadiri sekitar 150 orang aparat pemerintah, tenaga medis rumah sakit dan puskesmas, pimpinan LSM peduli AIDS, kelompok dampingan sebaya, akademisi. Hadiri mengikuti pula penampilan nada dan empati berupa pentas lagu dan musikalisasi puisi dari para relawan YPI yang sekaligus memperingati hari ulang tahun YPI ke-34 tanggal 4 Desember 2023. Terbentang dua buah kain besar Quilt yang merupakan kumpulan kain hasil disain dari para keluarga/sahabat untuk mengenang orang-orang tercinta mereka yang telah meninggal karena AIDS. Para Odhiv yang pernah mendapatkan dukungan usaha ekonomi produktif dari Kemensos ikut menampilkan bazzar/pameran hasil kerja/karya mereka di arena acara.