Kandungan dan Bahaya PCC
Tercatat hingga tanggal 14 September 2017 lalu, 61 orang dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Kendari, Sulawesi Tenggara akibat overdosis obat PCC. Kebanyakan dari korban ini merupakan siswa SD dan SMP. Ada yang langsung tak sadarkan diri bahkan juga meninggal setelah mengonsumsi obat itu. Beberapa pasien yang selamat dilaporkan menunjukkan kondisi mental yang terganggu sehingga harus diikat agar tidak mengamuk. Apa yang sebenarnya terkandung dalam obat PCC, narkoba jenis baru yang dipasarkan untuk anak-anak sekolah ini?
PCC itu sendiri adalah kepanjangan dari Paracetamol, Cafein, dan Carisoprodol.
Mari kita bahas satu-persatu kandungannya, dan apaefek samping yang mungkin terjadi jika kombinasi obat-obatan ini disalahgunakan.
Paracetamol
Paracetamol atau disebut acetaminophen termasuk ke dalam jenis obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. Paracetamol biasanya digunakan untuk mengurangi gejala rasa sakit ringan hingga sedang seperti sakit kepala, flu, nyeri karena haid, sakit gigi, hingga nyeri sendi. Tablet paracetamol 500mg diminum setiap 6 jam sekali untuk mencapai efek penghilang rasa nyeri ini.
Ada beberapa efek samping paracetamol, seperti mual, sakit perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan, urin berwarna gelap serta feses pucat hingga warna kulit dan mata menjadi kuning. Namun, gejala-gejala seperti di atas tidak umum dirasakan oleh orang banyak tentu dengan mengonsumsi sesuai aturan.
Caffeine (kafein)
Caffeine atau kafein adalah zat yang terdapat pada kopi, teh ataupun cola untuk meningkatkan kesadaran, fokus, dan waspada. Makanya, ketika sehabis minum kopi rasa ngantuk Anda akan hilang atau berkurang. Atlet bahkan menjadikan kafein sebagai stimulan karena kemampuannya yang hebat serta kafein merupakan stimulan yang diizinkan penggunaannya oleh asosiasi atlet Amerika Serikat atau disebut National Collegiate Athletic Association (NCAA).
Dalam dunia medis, kafein biasa digunakan sebagai kombinasi dari painkiller. Dalam hal ini, kafein bisa ditambahkan bersama dengan paracetamol. Kafein juga digunakan untuk asma, infeksi kandung kemih, hingga tekanan darah rendah.
Efek dari kafein adalah meningkatkan tekanan darah serta melancarkan aliran urin. Namun, efek ini bisa jadi tidak akan terjadi pada orang yang sudah rutin meminum kafein. Kafein juga memiliki aturan dalam penggunannya. Konsentrasi kafein yang terdapat pada urin tidak boleh mencapai 16mcg/mL.
Untuk mencapai angka tersebut, dibutuhkan meminum 8 gelas kopi. Sehingga, pada umumnya kafein adalah zat yang relatif aman untuk rutin dikonsumsi.
Jika berlebihan, kafein bisa menyebabkan beberapa efek samping seperti cemas, serangan panik, naiknya asam lambung, peningkatan tekanan darah dan insomnia. Bagi Anda yang memang memiliki masalah kesehatan seperti maag atau hipertensi, efek ini bisa dengan mudah terjadi.
Carisoprodol
Jika paracetamol dan kafein adalah zat yang umum dikonsumsi dan relatif aman sehingga dijual bebas, berbeda halnya dengan carisoprodol. Carisoprodol adalah obat terbatas yang hanya bisa digunakan berdasarkan resep dokter. Obat ini termasuk jenis obat muscle relaxer atau obat yang membuat relaks otot yang akan memotong rasa sakit yang mengalir dari syaraf ke otak di kepala. Carisoprodol digunakan bersama untuk terapi fisik seperti otot dan tulang, misalnya pada cedera.
Ada beberapa efek samping yang dapat muncul dari konsumsi carisoprodol. Jika Anda mengalami gejala ini, segera hentikan penggunaan obat ini seperti kehilangan kesadaran, merasa sangat lemah hingga koordinasi tubuh yang buruk, detak jantung sangat cepat dan kejang-kejang serta kehilangan penglihatan.
Apa yang terjadi jika ketiga obat ini diminum bersamaan?
Jika seseorang mencampur dan mengonsumsi ketiga obat ini secara bersamaan, sebagai obat PCC, efek masing-masing obat akan saling bekerja sama. Obat PCC pada akhirnya merusak susunan saraf pusat di otak.
Perwujudan kerusakan saraf pusat otak bisa beragam, namun obat PCC secara spesifik memunculkan efek halusinasi yang tampak pada beberapa korban. Perubahan mood yang signifikan juga sering terjadi, begitu juga dengan gangguan perilaku dan emosi juga dapat terjadi pada pengguna obat PCC.